Kisah ini dimulai ketika aku
mengikuti seminar keuangan dari salah satu institusi di kampus. Saat itu salah
seorang narasumber mengatakan bahwa investasi dana pensiun sebaiknya dilakukan
sejak menerima gaji pertama agar tidak mengalami kekurangan dana di masa
pensiun nanti. Awalnya, aku sangsi dengan perkataan tersebut karena aku belum
membuktikannya di kehidupan nyata. Kakek- nenek aku yang sedang menikmati masa
pensiun nyatanya tidak terlihat sedih karena kekurangan uang. Setiap kali
mengunjungi rumah beliau yang terlihat adalah muka gembira dan senyum yang
menyejukkan.
Gambar Ilustrasi Kakek- Nenekku Hidup Bahagia
Kesangsian
itu masih tetap ada bahkan ketika aku telah memasuki dunia kerja di bidang keuangan.
Karena suatu trauma di masa lalu, aku berubah menjadi seseorang yang sulit
mempercayai pernyataan orang sebelum membuktikannya sendiri ataupun memperoleh
alasan yang rasional. Sampai suatu hari, aku memperoleh proyek untuk membantu
para calon purnabakti dalam menyambut masa pensiun. Di dalam proyek itu, para
calon purnabakti mendapatkan konsultasi tatap muka dengan para perencana
keuangan untuk memperhitungkan kemampuan finansial mereka dalam memenuhi
kebutuhan hidup selama masa pensiun.
Dari
hasil konsultasi tersebut, aku menemukan fakta yang mencengangkan bahwa banyak
calon purnabakti yang belum siap menghadapi masa pensiun. Padahal mereka akan
segera menyambut masa pensiun kurang dari 1 tahun. Anggapan mereka untuk
bersenang- senang selama pensiun sirna karena total harta yang dimiliki dan
pesangon yang akan diterima kelak, tidak cukup memenuhi kebutuhan keluarga selama
pensiun.
Fakta
tersebut sangat menohok aku karena para calon purnabakti tergolong ke dalam
kelompok pekerja yang memperoleh gaji dan tunjangan hidup besar dari perusahaan.
Dahulu orang- orang di luar sana termasuk aku, sering merasa iri dengan gaya
hidup yang mereka miliki. Semasa bekerja, mereka terlihat sering menghabiskan
waktu untuk berlibur baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, hidup mereka
juga dekat dengan barang- barang mewah dari jam tangan rolex hingga mobil CRV.
Gambar Hidup Mewah
Mereka yang
dahulu bergelimang harta ternyata tidak mampu memenuhi kebutuhan dana pensiunnya.
“Lalu bagaimana dengan aku?”, pertanyaan tersebut langsung terlintas di benak.
Bagaimana mungkin kakek- nenek aku yang hanya berprofesi sebagai petani bisa
menikmati masa tua dengan bahagia sedangkan para calon purnabakti tersebut
terlihat stres menyambut masa tuanya. Penasaran dengan hal tersebut, aku
memutuskan untuk mencari penelitian terkait pensiun di Indonesia dan menanyakan
resep bahagia di masa tua dari kakek- nenekku.
Gambar Bangkrut
Berikut beberapa
poin penting terkait data- data pensiunan di Indonesia yang aku memperoleh (Manulife
Investor Sentiment Index Study Quarter 1- 2014) pada saat itu adalah:
- 45% masyarakat Indonesia belum mempersiapkan dana pensiun
- 55% masyarakat Indonesia yang telah mempersiapkan dana pensiun memiliki pemahaman yang keliru terkait kemampuan finansialnya. Kumpulan dana pensiun yang diperkirakan mampu memenuhi kebutuhan hidup selama 16 tahun ternyata hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup selama 7 tahun. Padahal rata- rata rentang masa pensiun masyarakat Indonesia adalah 15,1 tahun atau hasil pengurangan angka harapan hidup tahun 2014 (70,1 tahun)[1] dengan usia pensiun (55 tahun).
Setelah puas mencari informasi dari berbagai penelitian, aku mulai
bertanya kepada kakek- nenek untuk melihat praktek di lapangan. Dari hasil
bertanya, aku memperoleh kesimpulan bahwa kakek- nenek aku ternyata telah
mempersiapkan dana pensiun sedari muda. Mereka telah membiasakan hidup
secukupnya dan disiplin berinvestasi sejak awal pernikahan mereka. Alih- alih
berfoya- foya, mereka memilih untuk menyisihkan sebagian penghasilan yang
diperoleh untuk dibelikan sawah dan ternak sebagai alat investasi. Hasil sawah
dan ternak inilah yang menjadi sumber penghasilan beliau dalam mengarungi
kehidupan sejak awal pernikahan hingga kini.
Gambar Sawah dan Hewan Ternak
Tentu saja sebagai anak yang hidup di
daerah perkotaan, akan sulit rasanya untuk berinvestasi hewan ternak dan sawah
seperti yang telah diterapkan kakek- nenek aku. Menurutku selama aku tetap
memegang nilai kunci yang diajarkan kakek- nenek yaitu hidup secukupnya dan disiplin
berinvestasi maka aku tetap bisa meraih masa tua bahagia terlepas dari alat
investasi apa yang akan dipilih. Aku merasa perlu memodifikasi alat investasi yang
sesuai dengan kondisi aku dan perkembangan jaman saat ini.
Pertanyaan aku terkait modifikasi alat
investasi yang sesuai dengan perkembangan jaman dan kondisi aku yang masih
minim penghasilan guna meraih masa tua bahagia telah dijawab oleh Danareksa melalui
program Investasiku Masa Depanku. Berdasarkan penuturan para ahli di dalam
program Investasiku Masa Depanku, aku memperoleh pencerahan untuk memilih
reksadana saham sebagai alat Investasiku Masa Depanku.
Reksadana saham merupakan alat Investasiku Masa Depanku yang tepat karena dana yang aku investasikan akan dikelola oleh
manajer investasi danareksa yang telah tersertifikasi. Sehingga aku yakin bahwa
dana tersebut memiliki potensi besar untuk semakin berkembang di masa depan.
Selain itu Danareksa juga memiliki histori reputasi yang baik dan tergolong ke
dalam institusi keuangan yang diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan, sehingga aku
merasa aman atas dana kelolaan investasi reksadana. Dan terakhir, reksadana
saham merupakan jenis alat investasi masa depan yang cocok untuk rencana jangka
panjang seperti persiapan dana pensiun. Seperti yang sering diutarakan para
pakar investasi, “High Risk, High Return.” Jadi kapan teman- teman mulai
merancang investasi masa depan bersama reksadana Danareksa? J
Gambar Impian Masa Tua Bahagia
Note: Artikel ini diikutsertakan dalam kompetisi blog Blogger Writing Competition - Investasiku Masa Depanku bersama ReksaDana Danareksa. Isi dan tulisan dari artikel/blog post ini diluar tanggung jawab Danareksa Investment Management”
No comments:
Post a Comment