Monday, October 12, 2015

Dokter Keuangan NF: Persiapan Dana Pendidikan Anak

Pembahasan Masalah Keuangan Masyarakat bersama Dokter Keuangan NF
Tema  : Persiapan Dana Pendidikan Anak



Suatu hari, Dokter Keuangan NF kedatangan pasien pertamanya yang sedang mengalami kegalauan terkait dana pendidikan bagi anak- anak. Setiap tahun, ia sering mendengar keluhan dari teman ataupun relasi di tempat kerja terkait besarnya biaya pendidikan anak saat ini. Oleh karena itu, ia berinisiatif untuk menemui Dokter Keuangan NF untuk meminta saran mempersiapkan dana pendidikan bagi anaknya yang baru berusia 4 tahun.

Dokter : Selamat siang, Bu Sinta. Apakah ada masalah keuangan yang bisa saya bantu?

Pasien: Iya dok. Saat ini saya sedang mengalami kegalauan terkait persiapan dana pendidikan bagi anak saya yang baru berusia 4 tahun. Kira- kira apa saja yang perlu saya lakukan untuk menyiapkan dana pendidikan bagi anak saya?

Dokter: Baik bu, mari kita diskusikan bersama strategi persiapan dana pendidikan bagi anak ibu.
Poin pertama yang harus dilakukan adalah menentukan rencana jenjang pendidikan yang akan ditempuh sang buah hati. Coba ibu jawab pertanyaan- pertanyaan dibawah ini untuk membantu ibu dalam merancang jenjang pendidikan anak:
1. Apa level pendidikan tertinggi yang ingin ibu berikan kepada anak? Apakah pendidikan setingkat SMA, S1 atau S2?
2. Dimana rencananya Anda akan menyekolahkan anak pada masing- masing jenjang pendidikan?

Pasien: Terkait rencana pendidikan anak saya,
1. Saya akan menyediakan dana untuk menyekolahkan anak hingga jenjang S1.
2. Rencananya saya akan memasukkan anak saya ke sekolah berikut:
-          Jenjang SD            : SD ABC
-          Jenjang SMP         : SMP ABC
-          Jenjang SMA        : SMA ABC
-          Jenjang S1             : Perguruan Tinggi Swasta jurusan ekonomi

Dokter: Oke, selanjutnya kita membahas mengenai poin kedua yaitu terkait biaya pendidikan pada masing- masing jenjang pendidikan. Ibu perlu mencari tahu beberapa masalah biaya berikut:
1. Berapa biaya pendidikan yang dibutuhkan untuk bersekolah di sekolah impian?
2. Berapa persentase kenaikan biaya pendidikan tersebut setiap tahunnya? Jika pihak tata usaha sekolah tidak mengetahui, Anda bisa menghitung kenaikannya dengan membandingkan biaya pendidikan tahun ini dengan biaya pendidikan tahun lalu.

Pasien: Wah…beruntung saya telah melakukan survei harga, berikut detailnya dok:
1. Harga pada masing- masing jenjang tahun ini adalah
-          Jenjang SD ABC                                      : Rp5 juta
-          Jenjang SMP ABC                                    : Rp10 juta
-          Jenjang SMA ABC                                   : Rp20 juta
-          Jenjang S1 Swasta jurusan ekonomi         : Rp75 juta
2. Tapi saya belum mengetahui besar kenaikan biaya pendidikan setiap tahunnya. Bagaimana ya dok? Apakah bisa dikira- kira sajakah?

Dokter: Oke bu. Merujuk pada pemberitaan kompas, kenaikan biaya pendidikna per tahunnya berada pada rentang 10%- 15%. Untuk perhitungan pendidikan nanti kita akan menggunakan 10% ya.

Pasien: Siap dok. Selanjutnya apa yang harus saya lakukan.

Dokter: Selanjutnya, kita akan masuk ke poin utama yaitu menghitung biaya pendidikan dan cicilan tabungan atau investasi berkala. Untuk memudahkan perhitungan, ibu bisa menggunakan kalkulator finansial OJKDalam menghitung biaya pendidikan anak, kita harus memisahkan perhitungan pada masing- masing jenjang pendidikan. Hal itu dilakukan karena waktu pembayaran biaya pendidikan disesuaikan dengan jenjang yang akan dimasuki.
Untuk menyiapkan kebutuhan dana pendidikan biasanya saya menyarankan reksadana apabila pasien memilih untuk investasi dibandingkan asuransi pendidikan. Reksadana merupakan produk investasi yang tepat bagi orang- orang yang memiliki keterbatasan ilmu investasi, dana investor dikelola oleh manajer investasi yang memiliki sertifikasi di bidang investasi. Penjelasan lengkap mengenai reksadana bisa dibaca pada link berikut http://chirpstory.com/li/276073 dan http://chirpstory.com/li/277610. Perkiraan imbal hasil masing- masing reksa dana adalah

Jenis Reksa Dana yang Disarankan
Periode Investasi
Imbal Hasil
Reksa dana pasar uang
0-      2 tahun
5%
Reksa dana pendapatan tetap
2-      5 tahun
8%
Reksa dana campuran
2-      5 tahun
12%
Reksa dana saham
≥ 5 tahun
      18%

Berikut perhitungan rencana dana pendidikan anak Anda yang saat ini berusia 4 tahun:
1. Jenjang SD
(a)   Input Data
Target mulai pendidikan                                              : 2 tahun lagi
Biaya pendidikan saat ini                                             : Rp5 juta
Inflasi (pendidikan) tahunan                                        : 10%
Bunga tabungan pendidikan (imbal hasil investasi)    : 5%
(b)   Hasil Perhitungan
Total biaya yang diperlukan (di masa depan) : +/- Rp6,05 juta
Setoran bulanan yang disarankan                   : +/- Rp241 ribu
Aset investasi yang disarankan                       : reksa dana pasar uang
Periode investasi                                             : 24 kali selama 2 tahun

2. Jenjang SMP
(a)   Input Data
Target mulai pendidikan                                             : 8 tahun lagi
Biaya pendidikan saat ini                                            : Rp10 juta
Inflasi (pendidikan) tahunan                                       : 10%
Bunga tabungan pendidikan (imbal hasil investasi)    : 18%
(b)   Hasil Perhitungan
Total biaya yang diperlukan (di masa depan) : +/- Rp21,5 juta
Setoran bulanan yang disarankan                   : +/- Rp101,5 ribu
Aset investasi yang disarankan                       : reksa dana saham
Periode investasi                                             :  96 kali selama 8 tahun

3.  Jenjang SMA
(a)   Input Data
Target mulai pendidikan                                             : 11 tahun lagi
Biaya pendidikan saat ini                                            : Rp20 juta
Inflasi (pendidikan) tahunan                                       : 10%
Bunga tabungan pendidikan (imbal hasil investasi)    : 18%
(b)   Hasil Perhitungan
Total biaya yang diperlukan (di masa depan) : +/- Rp57 juta
Setoran bulanan yang disarankan                   : +/- Rp170 ribu
Aset investasi yang disarankan                       : reksa dana saham
Periode investasi                                             :  132 kali selama 11 tahun

4.  Jenjang S1 Swasta jurusan ekonomi
(a)   Input Data
Target mulai pendidikan                                             : 14 tahun lagi
Biaya pendidikan saat ini                                            : Rp75 juta
Inflasi (pendidikan) tahunan                                       : 10%
Bunga tabungan pendidikan (imbal hasil investasi)    : 18%
(b)    Hasil Perhitungan
Total biaya yang diperlukan (di masa depan) : +/- Rp285 juta
Setoran bulanan yang disarankan                   : +/- Rp381,5 ribu
Aset investasi yang disarankan                       : reksa dana saham
Periode investasi                                             :  168 kali selama 14 tahun



Berikut kesimpulan yang bisa saya rangkum terkait rencana dana pendidikan anak yang ingin ibu persiapkan:

TK
SD
SMP
SMA
Biaya pendidikan saat ini
Rp5 juta
Rp10 juta
Rp20 juta
Rp75 juta
Biaya pendidikan di masa depan
Rp 6,05 juta
Rp21,5 juta
Rp57 juta
Rp285 ribu
Produk investasi yang disarankan
Reksadana pasar uang
Reksadana saham
Reksadana saham
Reksadana saham
Nominal investasi bulanan
Rp241 ribu
Rp101,5 ribu
Rp170 ribu
Rp381,5 ribu
Periode investasi
24 kali
(2 tahun)
96 kali
(8 tahun)
132 kali
(11 tahun)
168 kali
(14 tahun)

Jadi dalam sebulan, Bu Shinta perlu menyisihkan dana sebesar Rp241 ribu untuk diinvestasikan pada reksadana pasar uang dan menyisihkan dana sebesar Rp653 ribu untuk diinvestasikan pada reksadana saham.

Pasien: Terima kasih banyak atas sarannya ya, dokter 

Dokter: Sama- sama bu Shinta. Semoga informasi ini membantu J.


Ultimate Your Financial Goals with @dhila_23


Note:
- Tokoh diatas bukan merupakan tokoh sesungguhnya. Masalah konsultasi merupakan hasil 
   pemikiran dari permasalahan yang menurut penulis banyak dialami oleh masyarakat Indonesia.
- Sumber gambar: http://mybcmortgage.ca/wp-content/uploads/2015/01/financialcheckup2015.jpg

Saturday, October 3, 2015

Eits..Jangan Buru- Buru Jual Aset Investasi Anda!!!

Laman media nasional dihebohkan dengan masalah perekonomian yang sedang melanda Indonesia seperti peningkatan nilai uang dollar dan kehancuran pasar modal Indonesia. Buruknya perekonomian menimbulkan kepanikan bagi beberapa orang sehingga mereka menjual aset investasi yang dimilikinya baik saham, reksa dana ataupun emas. Namun perlukah Anda mengikuti kepanikan tersebut?
Layaknya kehidupan, perekonomian suatu negara juga mengalami pasang surut. Oleh karena itu, wajar bila perekonomian negara mengalami krisis seperti yang sedang dialami oleh Indonesia saat ini. Namun seiring berjalannya waktu krisis ekonomi yang dialami akan teratasi dan perekonomian kembali bangkit dari keterpurukan, kecuali jika Indonesia dinyatakan sebagai negara gagal layaknya Yunani.
Jadi Anda tidak perlu merasa panik dengan menjual berbagai aset investasi yang dimiliki. Penurunan harga aset investasi yang terjadi saat ini, akan kembali mengalami peningkatan harga di masa depan. Hal utama yang Anda lakukan hanyalah bersabar untuk menunggu kebangkitan tersebut tiba. Anda diperbolehkan untuk menjual aset investasi hanya jika Anda membutuhkan dana tersebut. Jadi jangan jadikan kepanikan sebagai alasan untuk menjual aset investasi!


----Ultimate Your Financial Goals with @dhila_23!!---

Saturday, September 26, 2015

Si Bung- Bung Program: Edukasi Keuangan Komprehensif bagi Pelajar Indonesia sebagai Solusi Sosialisasi Perbankan Syariah

Latar Belakang

Perbankan syariah di Indonesia telah diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia sejak 24 tahun lalu yang ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada 1 November 1991. Seiring perjalanan waktu, pangsa pasar Perbankan syariah memang terus menunjukkan tren peningkatan namun pertumbuhan tersebut bergerak dengan sangat lambat. Hal ini terbukti dari pangsa pasar Perbankan syariah yang masih belum mampu menembus persentase 5% dari pangsa perbankan di Indonesia sejak peluncurannya pada tahun 1991.
Fakta rendahnya pangsa pasar Perbankan syariah di Indonesia tidak sejalan dengan kondisi Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Berdasarkan penelitian Kariastanto (2012), salah satu penyebab rendahnya pangsa pasar Perbankan syariah adalah kurangnya pemahaman masyarkat muslim Indonesia. Oleh karena itu edukasi keuangan syariah  kepada masyarakat Indonesia dinilai penting untuk meningkatkan pangsa pasar Perbankan syariah.

Sumber gambar: Hermawan 2015; Sumber data: Bank Indonesia, Buku Panduan ASBISINDO dan Otoritas Jasa Keuangan

Edukasi keuangan yang dibahas pada tulisan ini menargetkan pelajar Indonesia sejak tingkat Sekolah Dasar hingga tingkat Sekolah Menengah Atas sebagai peserta program. Kelompok pelajar ini dipilih karena mengacu pada empat alasan utama:

a) Kelompok pelajar merupakan salah satu kelompok yang menjadi sasaran Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI). SNLKI merupakan panduan strategi yang disusun oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia.
b)      Kelompok pelajar dengan rentang usia antara 5- 19 tahun memiliki persentase yang cukup signifikan di dalam komposisi kependudukan di Indonesia. Berdasarkan data BPS (2013) yang diolah kembali oleh penulis, kelompok pelajar ini memiliki persentase hingga 24% dari total penduduk Indonesia tahun 2010 atau sebesar 57,9 juta jiwa.
c) Kelompok pelajar merupakan generasi muda yang memiliki peran penting dalam meneruskan perjuangan Indonesia di masa depan.
d) Edukasi keuangan yang diberikan sedari dini memiliki korelasi positif dengan perubahan perilaku keuangan (Mandell,2009). Penelitian sejenis juga membuktikan bahwa semakin muda seseorang, semakin mudah kebiasaan yang bisa ditanamkan (Patel, 2014).


Program Si Bung- Bung
A. Panduan Umum Materi dan Metode Program Si Bung- Bung
Program edukasi keuangan komprehensif yang diajukan, Si Bung- Bung, dapat diselaraskan dengan program sosialisasi yang telah dilakukan oleh Departemen Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepada pelajar. Program Si Bung- Bung mengacu pada panduan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF). Berdasarkan panduan edukasi keuangan anak- anak yang dikeluarkan oleh OECD dan UNICEF, suatu edukasi keuangan dinilai efektif apabila memenuhi dua karakteristik utama yaitu:

i)     Pembahasan Tiga Pilar Utama Edukasi Keuangan
Materi edukasi keuangan yang diterapkan setidaknya memuat 3 pilar utama yang disarankan oleh UNICEF dan OECD yaitu
-          Edukasi Sosial (Social Education)
Menurut UNICEF, edukasi sosial adalah proses pengajaran dan pembelajaran interaktif yang memberikan informasi kehidupan sosial terkait keputusan finansial. Contoh materi edukasi sosial adalah pengajaran berbagi dengan sesama atas harta yang dimiliki terlepas harta tersebut berjumlah besar ataupun kecil. Salah satu cara efektif yang bisa diterapkan misalnya dengan membagi tabungan menjadi tiga golongan yaitu menabung, investasi dan dana sosial.


Sumber gambar: olah pribadi penulis
Dalam kaitannya dengan perbankan syariah, materi edukasi sosial bisa dikaitkan dengan akad Mudharabah yang diterapkan pada sistem tabungan dan pembiayaan bank syariah untuk membantu para pengusaha dalam memperoleh bantuan modal usaha.
-          Edukasi Finansial (Financial Education)
Menurut OECD PISA Financial Literacy Framework, edukasi finansial merupakan proses pembekalan pengetahuan dan keahlian finansial sehingga peserta program mampu menentukan keputusan finansial secara efektif, meningkatkan taraf hidup individu dan masyarakat serta memperluas partisipasi ekonomi. Contoh penerapan materi edukasi keuangan misalnya dilakukan dengan pemberikan studi kasus sebagai berikut:
Untuk mendorong timbulnya motivasi dalam diri untuk menabung, peserta program diajak untuk menentukan tujuan menabung misalnya untuk membeli sepatu roda seharga Rp 300ribu. Selanjutnya peserta program diajak untuk berpikir mengenai periode yang diperlukan untuk mewujudkan impian tersebut jika menabung sejumlah uang tertentu secara berkala ataupun diajarkan mengenai jumlah tabungan yang harus disisihkan secara berkala untuk menggapai impian tersebut sesuai dengan periode waktu yang diinginkan.
-          Edukasi Pembelajaran Hidup (Livelihoods Education)
Menurut UNICEF, edukasi pembelajaran hidup merupakan proses pembekalan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di masa depan. Contoh materi edukasi pembekalan hidup adalah materi penentuan cita- cita sebagai panduan bagi peserta dalam menentukan keahlian yang diperlukan untuk mencapai tujuan hidup tersebut.

Ketiga materi dasar diatas telah terbukti memberikan hasil yang positif berdasarkan program edukasi keuangan yang dilaksanakan oleh Aflatoun pada 80 negara.

ii)   Metode Penyampaian Edukasi Keuangan berbasis Praktik Langsung
Untuk mencapai peningkatan pemahaman keuangan yang mendorong perubahan perilaku, edukasi keuangan perlu disampaikan dengan metode praktik langsung atau experience learning. Artinya, peserta program tidak hanya diajarkan teori edukasi keuangan namun juga diajak untuk melakukan praktek atas teori yang dipelajari di dalam kelas. Beberapa contoh praktik langsung yang diterapkan antara lain pembiasaan aktivitas menabung ke dalam beberapa pos secara berkala, melakukan kunjungan ke bank syariah dan membuka tabungan Simpel di bank syariah atas dana tabungan yang telah dikumpulkan. Keefektivitasan metode praktik langsung telah dibuktikan baik melalui penelitian (Peters, 2012; Johnson dan Sheraden, 2007) ataupun pengalaman di lapangan (program Safe and Smart Savings Products for Vulnerable Adolescent Girls di Kenya dan Youth Invest di Maroko).

iii)   Metode Penyampaian Edukasi Keuangan dengan Cara Menyenangkan
Metode penyampaian edukasi keuangan perlu disesuaikan dengan karakteristik target peserta agar memudahkan penerimaan dan penyerapan materi edukasi. Oleh karena itu, metode penyampaian edukasi keuangan yang ditujukan kepada anak- anak perlu disampaikan dengan cara yang menyenangkan bagi anak- anak. Metode penyampaian yang menyenangkan ini sebaiknya meliputi seluruh aspek program. Contoh metode penyampaian edukasi keuangan yang menyenangkan misalnya dengan memasukkan aktivitas permainan dalam penyampaian materi.
 Sumber Gambar: Aflatoun (2010). Children and Change 2010- Children and Saving

Selain itu, alat peraga program edukasi keuangan juga perlu disesuaikan dengan desain yang sesuai karakteristik anak- anak. Foto dibawah merupakan contoh buku tabungan anak- anak dari bank Kasikor yang menggunakan desain tokoh kartun kesayangan anak- anak, Doraemon (1) dan contoh buku uang saku-ku menggapai cita- citaku untuk siswa SMP oleh Bank Indonesia. Dari desain buku saku-ku yang dimiliki oleh Bank Indonesia terlihat bahwa buku yang diberikan telah disesuaikan dengan target pembaca. Buku tersebut di desain dengan beragam warga dan tokoh kartun Bang Edu yang menjadi maskot. Selain itu di dalamnya juga menggunakan bahasa yang sederhana dan minim kata. Metode penyampaian edukasi keuangan secara menyenangkan juga disampaikan sebagai salah satu masukan dari OECD pada International Conference on Financial Education di Bali tanggal 21-22 Oktober 2008 terkait evaluasi program edukasi yang telah dijalankan oleh pemerintah Indonesia. 
 Sumber Gambar: http://www.kasikornbank.com/ZH/WhatHot/Pages/Super-Junior_Saving.aspx


Sumber: foto pribadi pada buku uang saku-ku SMP Bank Indonesia

B. Kerangka Kurikulum Program Si Bung- Bung
Dalam upaya mewujudkan dua tujuan Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia berupa peningkatan literasi keuangan (yang ditandai dengan peningkatan pengetahuan, keyakinan dan keterampilan keuangan) dan peningkatan inklusi keuangan (yang ditandai dengan peningkatan partisipasi aktif masyarakat di dalam 6 industri keuangan di Indonesia termasuk perbankan syariah), program Si Bung- Bung akan mengajarkan materi pengelolaan keuangan secara bijak pada empat aspek utama yaitu
i)                    bijak dalam berbelanja,
ii)                   bijak dalam menabung dan berinvestasi,
iii)                 bijak dalam berbagi baik secara sukarela (kegiatan sosial) ataupun kewajiban (pajak),
iv)                 bijak dalam memperoleh.
Keempat aspek diatas akan dikorelasikan dengan pembahasan dan praktik langsung terkait keenam industri keuangan sesuai dengan tingkatan edukasi dari peserta program. Berikut gambaran kerangka kurikulum program Si Bung- Bung:

Sumber gambar: olah pribadi penulis





Sumber:
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik dan United Nation Population Fund (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010- 2035

Child & Youth Finance International (2012). A Guide to Economic Citizenship Education: Quality Financial, Social and Livelihoods Education for Children and Youth

Herman, Sebastian (2015). Negara Mayoritas Muslim, Pangsa Pasar Bank Syariah Kenapa Rendah?
Johnson, E., & Sherraden, M. (2007). From Financial Literacy to Financial Capability among Youth. Journal of Sociology and Social Welfare , 34 (3), 119–146

Kariastanto, Bayu (2012). Small Share of the Islamic Banks in Muslim-Majority Countries, Supply-side Problems?. Banjarmasin: FRPS IAEI VII

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2012). Indonesia Educational Statistics in Brief 2011/2012

Mandell, L. (2009). Starting Younger: Evidence Supporting the Effectiveness of Personal Financial Education for Pre-High School Students. University of Washington dan the Aspen Institute

Otoritas Jasa Keuangan (2013). Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia

Patel et.al (2014). Early Childhood Education- the Unmet Neef of the Century

Peters, J. (2010). Start Saving Sooner? The Case for Child Accounts. University of Washington- Michael G. Foster School of Business Department of Finance

OECD (2011a). Improving Financial Education Efficiency, Can behavioral economics be used to make Financial education more effective, Joanne Yoong Ed., http://www.oecd-ilibrary.org/finance-and-investment/improving-financial-educationefficiency/can-behavioural-economics-be-used-to-make-financial-education-more-effective_9789264108219-6-en

OECD (2012). Guidelines on Financial Education at School and Guidance on Learning Framework

OECD (2012). PISA 2012 Financial Literacy Framework, http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/8/43/46962580.pdf


UNICEF. Child Social and Financial Education