Tuesday, February 23, 2016

Autodebet: Solusi Ciptakan Karakter Disiplin Menabung dan Investasi


Ilustrasi: Uangku kemana aja?? Kok habis T.T

Pernahkah teman- teman merasa bahwa tabungan yang dimiliki masih minim padahal kalian sudah bekerja cukup lama? Atau kalian merasa bingung kemana larinya uang penghasilan yang diterima setiap bulannya? Tenang…kalian tidak sendiri. Pola ini sering dialami oleh para pekerja termasuk teman- teman saya. Semalam, saya mendengarkan keluhan teman- teman di grup whatsapp yang menyatakan bahwa mereka masih saja merasa kekurangan. Secara nominal uang yang dimiliki mereka saat ini jauh lebih besar dibandingkan dengan uang saku yang diterima saat masih kuliah. Namun kenapa uang tersebut selalu terasa kurang?
Seseorang dengan rentang usia 20an umumnya masih memiliki penghasilan yang minim karena kita baru saja memasuki dunia kerja. Jikalau memilih untuk tidak bekerja, sebagian dari kita cenderung memilih untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga kemampuan finansial mereka masih bergantung pada uang saku orang tua.
Kemampuan finansial yang masih minim tersebut berbanding terbalik dengan keinginan yang begitu besar. Kita yang dahulunya masih bergantung dengan uang saku orang tua, mulai merasa berbangga karena mampu menghasilkan uang dengan jerih payah sendiri. Karena merasa telah bekerja keras menghasilkan uang, kita merasa bahwa kita perlu menikmati penghasilan tersebut dengan bersenang- senang. Oleh karenanya, kita cenderung boros untuk membeli berbagai produk yang sebelumnya hanya bisa dipandang akibat kurangnya uang saku.

Secara teori ekonomi, hal ini sesuai dengan konsep Marginal Prospensity to Consume (MPC). MPC mengukur proporsi kenaikan konsumsi akibat kenaikan pendapatan. MPC dihitung dari hasil pembagian antara kenaikan konsumsi dibagi kenaikan pendapatan.



MPC menyatakan bahwa seseorang dengan penghasilan rendah cenderung memiliki hasil MPC yang lebih tinggi. Artinya orang tersebut cenderung untuk membelanjakan sebagian besar kenaikan penghasilan yang diperoleh. Hal ini disebabkan oleh kondisi banyaknya kebutuhan yang belum dan perlu dipenuhi. Kondisi tersebut berbanding terbalik dengan kelompok berpenghasilan tinggi. Mereka cenderung untuk menabung alih- alih membelanjakan kenaikan penghasilan tersebut.
                Untuk menyiasati kecenderungan menghabiskan penghasilan dengan berbelanja, kita dapat memanfaatkan fasilitas autodebet untuk membiasakan berinvestasi dan menabung. Autodebet merupakan fasilitas penarikan dana dari rekening tabungan secara berkala untuk dialokasikan sesuai kebutuhan. Penarikan dana tersebut dilakukan secara otomatis oleh bank sesuai ketentuan yang kita tetapkan di awal seperti ketentuan nominal dan tanggal penarikan dana. Oleh karenanya, kita dapat mengatur penarikan dana pada tanggal setelah perolehan gaji.
                Dana tersebut dapat disisihkan baik itu ke dalam tabungan berjangka ataupun investasi seperti reksadana. Tidak ada yang lebih baik diantara keduanya. Semua metode penyisihan tersebut asalkan pemilihannya disesuaikan dengan tujuan yang diinginkan. Sebagai contoh, apabila Anda bertujuan untuk menyiapkan sejumlah dana tertentu dalam kurun waktu maksimal 1 tahun, maka tabungan berjangka dinilai lebih tepat. Karena kita akan memperoleh jaminan uang yang akan diperoleh di akhir masa periode. Namun apabila tujuan penyisihan tersebut dilakukan dalam jangka panjang (lebih dari 1 tahun), maka pilihan investasi reksadana lebih disarankan.
                Dengan melakukan penyisihan secara otomatis, tanda sadar nominal tabungan atau investasi yang kita miliki akan semakin bertambah. Layaknya lagu menabung yang dipopulerkan oleh Saskia dan Geofany,”…tang ting tung hey, Jangan dihitung. Tau tau kita nanti dapat untung J”. Ayo manfaatkan fasilitas autodebet bank untuk membentuk kebiasaan menabung dan berinvestasi.

Sumber:

No comments:

Post a Comment