Latar Belakang
Perbankan syariah di Indonesia telah diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia sejak 24 tahun lalu yang ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada 1 November 1991. Seiring perjalanan waktu, pangsa pasar Perbankan syariah memang terus menunjukkan tren peningkatan namun pertumbuhan tersebut bergerak dengan sangat lambat. Hal ini terbukti dari pangsa pasar Perbankan syariah yang masih belum mampu menembus persentase 5% dari pangsa perbankan di Indonesia sejak peluncurannya pada tahun 1991.
Fakta rendahnya pangsa pasar Perbankan syariah di Indonesia tidak sejalan dengan kondisi Indonesia yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Berdasarkan penelitian Kariastanto (2012), salah satu penyebab rendahnya pangsa pasar Perbankan syariah adalah kurangnya pemahaman masyarkat muslim Indonesia. Oleh karena itu edukasi keuangan syariah kepada masyarakat Indonesia dinilai penting untuk meningkatkan pangsa pasar Perbankan syariah.
Sumber gambar: Hermawan 2015; Sumber data: Bank Indonesia, Buku Panduan ASBISINDO dan Otoritas Jasa Keuangan
Edukasi keuangan yang dibahas pada tulisan ini menargetkan pelajar Indonesia sejak tingkat Sekolah Dasar hingga tingkat Sekolah Menengah Atas sebagai peserta program. Kelompok pelajar ini dipilih karena mengacu pada empat alasan utama:
a) Kelompok pelajar merupakan salah satu kelompok yang menjadi sasaran Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI). SNLKI merupakan panduan strategi yang disusun oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam rangka meningkatkan literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia.
b) Kelompok pelajar dengan rentang usia antara 5- 19 tahun memiliki persentase yang cukup signifikan di dalam komposisi kependudukan di Indonesia. Berdasarkan data BPS (2013) yang diolah kembali oleh penulis, kelompok pelajar ini memiliki persentase hingga 24% dari total penduduk Indonesia tahun 2010 atau sebesar 57,9 juta jiwa.
c) Kelompok pelajar merupakan generasi muda yang memiliki peran penting dalam meneruskan perjuangan Indonesia di masa depan.
d) Edukasi keuangan yang diberikan sedari dini memiliki korelasi positif dengan perubahan perilaku keuangan (Mandell,2009). Penelitian sejenis juga membuktikan bahwa semakin muda seseorang, semakin mudah kebiasaan yang bisa ditanamkan (Patel, 2014).
Program Si Bung- Bung
A. Panduan Umum Materi dan Metode Program Si Bung- Bung
Program edukasi keuangan komprehensif yang diajukan, Si Bung- Bung, dapat diselaraskan dengan program sosialisasi yang telah dilakukan oleh Departemen Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepada pelajar. Program Si Bung- Bung mengacu pada panduan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF). Berdasarkan panduan edukasi keuangan anak- anak yang dikeluarkan oleh OECD dan UNICEF, suatu edukasi keuangan dinilai efektif apabila memenuhi dua karakteristik utama yaitu:
i) Pembahasan Tiga Pilar Utama Edukasi Keuangan
Materi edukasi keuangan yang diterapkan setidaknya memuat 3 pilar utama yang disarankan oleh UNICEF dan OECD yaitu
- Edukasi Sosial (Social Education)
Menurut UNICEF, edukasi sosial adalah proses pengajaran dan pembelajaran interaktif yang memberikan informasi kehidupan sosial terkait keputusan finansial. Contoh materi edukasi sosial adalah pengajaran berbagi dengan sesama atas harta yang dimiliki terlepas harta tersebut berjumlah besar ataupun kecil. Salah satu cara efektif yang bisa diterapkan misalnya dengan membagi tabungan menjadi tiga golongan yaitu menabung, investasi dan dana sosial.
Sumber gambar: olah pribadi penulis
Dalam kaitannya dengan perbankan syariah, materi edukasi sosial bisa dikaitkan dengan akad Mudharabah yang diterapkan pada sistem tabungan dan pembiayaan bank syariah untuk membantu para pengusaha dalam memperoleh bantuan modal usaha.
- Edukasi Finansial (Financial Education)
Menurut OECD PISA Financial Literacy Framework, edukasi finansial merupakan proses pembekalan pengetahuan dan keahlian finansial sehingga peserta program mampu menentukan keputusan finansial secara efektif, meningkatkan taraf hidup individu dan masyarakat serta memperluas partisipasi ekonomi. Contoh penerapan materi edukasi keuangan misalnya dilakukan dengan pemberikan studi kasus sebagai berikut:
Untuk mendorong timbulnya motivasi dalam diri untuk menabung, peserta program diajak untuk menentukan tujuan menabung misalnya untuk membeli sepatu roda seharga Rp 300ribu. Selanjutnya peserta program diajak untuk berpikir mengenai periode yang diperlukan untuk mewujudkan impian tersebut jika menabung sejumlah uang tertentu secara berkala ataupun diajarkan mengenai jumlah tabungan yang harus disisihkan secara berkala untuk menggapai impian tersebut sesuai dengan periode waktu yang diinginkan.
- Edukasi Pembelajaran Hidup (Livelihoods Education)
Menurut UNICEF, edukasi pembelajaran hidup merupakan proses pembekalan pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan hidup di masa depan. Contoh materi edukasi pembekalan hidup adalah materi penentuan cita- cita sebagai panduan bagi peserta dalam menentukan keahlian yang diperlukan untuk mencapai tujuan hidup tersebut.
Ketiga materi dasar diatas telah terbukti memberikan hasil yang positif berdasarkan program edukasi keuangan yang dilaksanakan oleh Aflatoun pada 80 negara.
Ketiga materi dasar diatas telah terbukti memberikan hasil yang positif berdasarkan program edukasi keuangan yang dilaksanakan oleh Aflatoun pada 80 negara.
ii) Metode Penyampaian Edukasi Keuangan berbasis Praktik Langsung
Untuk mencapai peningkatan pemahaman keuangan yang mendorong perubahan perilaku, edukasi keuangan perlu disampaikan dengan metode praktik langsung atau experience learning. Artinya, peserta program tidak hanya diajarkan teori edukasi keuangan namun juga diajak untuk melakukan praktek atas teori yang dipelajari di dalam kelas. Beberapa contoh praktik langsung yang diterapkan antara lain pembiasaan aktivitas menabung ke dalam beberapa pos secara berkala, melakukan kunjungan ke bank syariah dan membuka tabungan Simpel di bank syariah atas dana tabungan yang telah dikumpulkan. Keefektivitasan metode praktik langsung telah dibuktikan baik melalui penelitian (Peters, 2012; Johnson dan Sheraden, 2007) ataupun pengalaman di lapangan (program Safe and Smart Savings Products for Vulnerable Adolescent Girls di Kenya dan Youth Invest di Maroko).
iii) Metode Penyampaian Edukasi Keuangan dengan Cara Menyenangkan
B. Kerangka Kurikulum Program Si Bung- Bung
iii) Metode Penyampaian Edukasi Keuangan dengan Cara Menyenangkan
Metode penyampaian edukasi keuangan perlu disesuaikan dengan karakteristik target peserta agar memudahkan penerimaan dan penyerapan materi edukasi. Oleh karena itu, metode penyampaian edukasi keuangan yang ditujukan kepada anak- anak perlu disampaikan dengan cara yang menyenangkan bagi anak- anak. Metode penyampaian yang menyenangkan ini sebaiknya meliputi seluruh aspek program. Contoh metode penyampaian edukasi keuangan yang menyenangkan misalnya dengan memasukkan aktivitas permainan dalam penyampaian materi.
Sumber Gambar: Aflatoun (2010). Children and Change 2010- Children and Saving
Selain itu, alat peraga program edukasi keuangan juga perlu disesuaikan dengan desain yang sesuai karakteristik anak- anak. Foto dibawah merupakan contoh buku tabungan anak- anak dari bank Kasikor yang menggunakan desain tokoh kartun kesayangan anak- anak, Doraemon (1) dan contoh buku uang saku-ku menggapai cita- citaku untuk siswa SMP oleh Bank Indonesia. Dari desain buku saku-ku yang dimiliki oleh Bank Indonesia terlihat bahwa buku yang diberikan telah disesuaikan dengan target pembaca. Buku tersebut di desain dengan beragam warga dan tokoh kartun Bang Edu yang menjadi maskot. Selain itu di dalamnya juga menggunakan bahasa yang sederhana dan minim kata. Metode penyampaian edukasi keuangan secara menyenangkan juga disampaikan sebagai salah satu masukan dari OECD pada International Conference on Financial Education di Bali tanggal 21-22 Oktober 2008 terkait evaluasi program edukasi yang telah dijalankan oleh pemerintah Indonesia.
Sumber: foto pribadi pada buku uang saku-ku SMP Bank Indonesia
Dalam upaya mewujudkan dua tujuan Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia berupa peningkatan literasi keuangan (yang ditandai dengan peningkatan pengetahuan, keyakinan dan keterampilan keuangan) dan peningkatan inklusi keuangan (yang ditandai dengan peningkatan partisipasi aktif masyarakat di dalam 6 industri keuangan di Indonesia termasuk perbankan syariah), program Si Bung- Bung akan mengajarkan materi pengelolaan keuangan secara bijak pada empat aspek utama yaitu
i) bijak dalam berbelanja,
ii) bijak dalam menabung dan berinvestasi,
iii) bijak dalam berbagi baik secara sukarela (kegiatan sosial) ataupun kewajiban (pajak),
iv) bijak dalam memperoleh.
Keempat aspek diatas akan dikorelasikan dengan pembahasan dan praktik langsung terkait keenam industri keuangan sesuai dengan tingkatan edukasi dari peserta program. Berikut gambaran kerangka kurikulum program Si Bung- Bung:
Sumber gambar: olah pribadi penulis
Sumber:
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pusat Statistik dan United Nation Population Fund (2013). Proyeksi Penduduk Indonesia 2010- 2035
Child & Youth Finance International (2012). A Guide to Economic Citizenship Education: Quality Financial, Social and Livelihoods Education for Children and Youth
Herman, Sebastian (2015). Negara Mayoritas Muslim, Pangsa Pasar Bank Syariah Kenapa Rendah?
Johnson, E., & Sherraden, M. (2007). From Financial Literacy to Financial Capability among Youth. Journal of Sociology and Social Welfare , 34 (3), 119–146
Kariastanto, Bayu (2012). Small Share of the Islamic Banks in Muslim-Majority Countries, Supply-side Problems?. Banjarmasin: FRPS IAEI VII
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2012). Indonesia Educational Statistics in Brief 2011/2012
Mandell, L. (2009). Starting Younger: Evidence Supporting the Effectiveness of Personal Financial Education for Pre-High School Students. University of Washington dan the Aspen Institute
Otoritas Jasa Keuangan (2013). Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia
Patel et.al (2014). Early Childhood Education- the Unmet Neef of the Century
Peters, J. (2010). Start Saving Sooner? The Case for Child Accounts. University of Washington- Michael G. Foster School of Business Department of Finance
OECD (2011a). Improving Financial Education Efficiency, Can behavioral economics be used to make Financial education more effective, Joanne Yoong Ed., http://www.oecd-ilibrary.org/finance-and-investment/improving-financial-educationefficiency/can-behavioural-economics-be-used-to-make-financial-education-more-effective_9789264108219-6-en
OECD (2012). Guidelines on Financial Education at School and Guidance on Learning Framework
OECD (2012). PISA 2012 Financial Literacy Framework, http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/8/43/46962580.pdf
UNICEF. Child Social and Financial Education
Keren gagasannya, terlihat serius mengerjakan artikelnya. Semoga menang...:D
ReplyDeleteTerima kasih mas Ibrahim Aji
Delete